EFISIENSI AIR CONDITIONING DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI DAN ENERGY

Oleh :

Ilham Bashirudin




Krisis ekonomi yang melanda Amerika pada musim gugur sejak September 2008 memberikan dampak yang begitu luas pada dunia internasional, tidak terkecuali pada Indonesia. Krisis yang diakibatkan kredit macet KPR di Amerika ini, telah membuat banyak perusahaan melakukan upaya-upaya untuk penghematan biaya agar perusahaan dapat terus “bernafas”. Tulisan di bawah ini mencoba untuk memberikan sebuah rekomendasi dalam upaya penghematan biaya melalui efisiensi pada Air Condition tersebut dilihat dari dua aspek yaitu ergonomi dan energy, hal ini dikarenakan Air Conditioning menjadi alat yang secara umum banyak ditemui di perusahaan-perusahaan di Indonesia yang beriklim tropis dan penggunaannya menjadi tidak begitu baik dalam pengertian kurang memperhatikan faktor-faktor kesehatan kerja. sehingga pengaturan suhu seakan dibuat dengan kondisi yang begitu dingin.

ASPEK ERGONOMI

Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan kerja yang optimal akan membantu karyawan dalam memberikan hasil kerja yang optimal pula. Salah satu faktor pendukung lingkungan kerja yang optimal adalah suhu ruangan. Suhu ruangan yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan sangat bepengaruh pada produktivitas dari karyawan, hal ini dikarenakan suhu mempengaruhi metabolisme dalam tubuh.
Bila suhu lingkungan lebih rendah daripada suhu tubuh kita, maka kalor (panas tubuh) akan dikeluarkan untuk menghangatkan tubuh kita. Keluarnya panas menyebabkan tubuh kita merasa dingin. Di daerah dingin kita cenderung cepat lapar karena cadangan makanan di dalam tubuh dimetabolisir untuk membentuk panas guna menghangatkan tubuh kita. Bila suhu lingkungan rendah dan kelembapan tinggi (misalnya di pegunungan), maka kita cenderung banyak buang air kecil karena tubuh kita terlalu banyak cairan (tidak ada yang menguap). Kelebihan cairan tubuh harus dikeluarkan, dalam hal ini sebagai air seni karena pengeluaran dalam bentuk up air atau keringat tidak mungkin karena kelembapan yang tinggi tersebut. Air seni hangat karena membawa hasil metabolisme tubuh yang mana metabolisme tersebut hanya bisa terjadi pada suhu tubuh yang hangat.
Bila suhu lingkungan lebih tinggi daripada suhu tubuh kita, maka cairan tubuh akan cepat menguap sehingga kita menderita kekurangan air (dehidrasi) yang gejalanya awalnya adalah haus dan pusing. Bila suhu lingkungan tinggi dan kelembapan rendah, kita tidak akan berkeringat. Contohnya di Saudi Arabia. Orang tidak akan pernah berkeringat namun tiba-tiba pingsan karena kekurangan cairan tubuh. Oleh karena itu busana mereka adalah jubah berangkap-rangkap ditambah dengan pemakaian cadar untuk mengurangi penguapan cairan tubuh. Pemakaian busana rangkap untuk memerangkap cairan tubuh sehingga tidak dapat keluar ke udara bebas, akibatnya tubuh tetap sejuk.Bila suhu lingkungan tinggi dan kelembapan tinggi seperti di negara-negara tropis, maka kita mudah berkeringat karena uap air jenuh di udara sehingga uap air bereaksi dengan panas membentuk keringat.
Suatu pendekatan modern terhadap suhu / iklim di dalam ruangan kantor menyatakan range / batas kondisi suhu ruangan di dalam kantor yang masih bisa diterima oleh pekerja, yaitu pada suhu 19 oC - 23 oC , dengan relative kelembapan antara 40 - 70 percent ( idealnya 50 - 60 percent). Sedangkan di lingkungan industri lebih baik sedikit rendah, yaitu 18 oC - 21 oC. Sumber lain meyebutkan pada suhu 22 oC merupakan temperature ruangan yang paling nyaman bagi pekerja yang duduk terus menerus. Sedangkan pada suhu 21 oC merupakan suhu ruangan yang optimum untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan mental atau jiwa. Kelembapan relative, suhu / temperature dan ventilasi merupakan faktor utama untuk menentukan kualitas / mutu udara dalam ruangan. Ambang batas dimana udara mulai terasa sesak yaitu pada kelembapan relative 60 percent pada suhu 24 oC, dan 80 percent pada suhu 18 oC. Kelembapan relative yang rendah (dibawah 30 percent) menyebabkan ketidak nyamanan bagi pekerja di kantor dan system pengeluaran tubuh (kulit) menjadi kering. Dalam kondisi ini pekerja mungkin mempunyai keluhan seperti: kulit kering, hidung tersumbat, dan iritasi pada mata. Seseorang yang mengenakan contact lens mungkin sering mengeluh merasa kurang nyaman, dimana perlekatan contact lens yang tepat tergantung dari supply cairan lachrymal yang diproduksi oleh kelenjar lachrymalis, yang menjaga agar lensa tetap tipis dan lembab pada kornea. Gangguan electrostatic juga bisa terjadi didalam gedung dengan kelembaban yang rendah / pada suhu dingin, yang bisa menyebabkan kejutan yang menjengkelkan ketika dasar hantaran tersentuh (orang menjadi mudah terkejut dan tersinggung).
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
± 49oC : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30oC: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam perkerjaan. Timbul kelelahan fisik.
± 30oC : Aktifitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
± 24oC : Kondisi optimum
± 10oC : Kelakuan fisik yang ekstrem mulai muncul
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa produktifitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24oC sampai 27oC (Sritomo Wignjosoebroto,1995).

ASPEK ENERGY

Salah satu alat yang digunakan untuk mengatur suhu dalam ruangan adalah Air Conditioning (AC). Dalam penggunaannya AC tidak terlepas dari energi listrik. Kenaikan harga riil listrik tidak bisa dihindarkan. Kenaikan harga listrik dunia rata-rata 7 persen setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada kenaikan 6 persen tiap 4 bulan. Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk membangun pembangkit baru guna mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi listrik. Jika setiap konsumen bisa menghemat antara 5 - 10 persen saja, maka ada kemungkinan pada tahun ini tidak diperlukan pembangkit baru. Pemerintah bisa ikut berperan untuk mendukung program penghematan energi ini dengan memberikan insentif pada pelaksanaannya. Sesungguhnya program hemat energi ini memberikan keuntungan pada semua pihak, konsumen bisa mengurangi pembayaran rekening, perusahaan listrik tidak dikejar-kejar bikin pembangkit baru, pemerintah bisa mengurangi jumlah rencana hutang. Program penghematan listrik adalah bukan sekedar masalah teknis semata, melainkan merupakan pertimbangan dan keputusan manajemen, terutama ditinjau dari segi keuangan.
Salah satu beban pendinginan yang besar adalah sinar matahari yang langsung masuk ke dalam ruang, terutama antara jam 10.00 pagi sampai jam 15.00 Dengan memasang penghalang sinar matahari pada sisi timur dan barat di luar gedung pada sudut jam 10 dan jam 14, akan bisa sangat mengurangi secara drastis beban pendinginan.
Hampir semua orang percaya bahwa penyetelan termostat ke suhu yang lebih rendah dari yang dikehendaki akan memaksa AC anda untuk mendinginkan secara cepat , ini tidak benar, bahkan akan membuat AC beroperasi lebih lama. Kecuali itu, akan mendapatkan ruang dingin yang tidak penting dan memboroskan energi. Setiap derajat yang lebih rendah dari suhu yang sudah disetel mengakibatkan pemakaian energi ekstra 3-4%. Jadi, jika sudah memperoleh suhu kenyamanan dan kemudian menyetel termostat pada tingkat suhu tersebut, hindarkan untuk merubah penyetelan termostat.
Udara dingin yang keluar atau udara panas yang masuk sama-sama memboroskan energi. Dengan melakukan peninjauan ke lapangan, ke setiap ruang, selalu akan dapat diperoleh beberapa lubang kebocoran udara dingin dengan udara panas yang harus segera ditutup. Hasil pengukuran di pintu lobi hotel yang dibiarkan terbuka pada siang hari, dan udara dingin keluar, menunjukkan pemborosan sebesar 5000 watt, yang setara dengan 10 bh rumah rakyat KPR-BTN. Pemasangan pintu tutup otomatis, pintu putar atau alat air curtain bisa mengatasi masalah ini.

REKOMENDASI

Dari uraian di atas rekomendasi yang diberikan terkait dengan efisiensi AC (Air Conditioning/pendingin ruangan) berdasarkan aspek ergonomi dan energi khususnya energi listrik adalah :
Nyalakan AC paling cepat sejam setelah memulai kegiatan dan matikan paling lambat sejam sebelum mengakhiri kegiatan, gunakan penghawaan alami dari jendela dan bouvenlicht saja. Kondisi iklim mikro di sekitar bangunan saat pagi dan sore cukup memadai untuk menyamankan suhu ruangan.
Setel output AC di angka 24oC - 27oC derajat celcius atau tidak lebih dingin 5 derajat dari suhu luar untuk suhu ruangan dalam ruangan kantor, dan 18 oC - 21 oC di lingkungan industri, ini adalah rentang suhu optimum yang akan menunjang produktivitas kerja
Pilih jenis AC split dibanding sentral atau package. Unit-unit AC yang terpisah akan memudahkan dalam mengefisienkan ruangan yang terhawakan.
Hindari kebocoran udara luar dengan tidak membiarkan pintu terbuka pada waktuAC dihidupkan
Pakailah timer switch untuk mengatur pemakaian sesuai kebutuhan.Matikan AC bila ruangan tidak digunakan
Matikan AC bila ruangan tidak digunakan

dengan rekomendasi di atas diharapkan produktivitas karyawan dapat meningkat, selain itu diperoleh efisiensi pada pemakaian energi listrik pada khususnya yang pada akhirnya akan berujung pada efisiensi biaya.


REFERENSI

Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik analisis untuk peningkatan produktivitas kerja, Wignjosoebroto Sritomo, PT. Guna Widya : Jakarta, 1995.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – http://www.energyefficiencyasia.org/
Prasetyo Roem Alumni ITB, angkatan-75,Konsultan & praktisi saving energy. http://jimmy-st.blogspot.com/2008/01/cara-menghitung-rekening-listrik.html
http://vpuspawardani.multiply.com/reviews/item/3
http://forum.kafegaul.com/
http://shallypristine.wordpress.com/

Komentar

Postingan Populer