Ketika populasi waria meledak

Kemarin ketika sehabis makan malam, seperti biasa lewat jalan dekat hotel xxxxxx, masya Alloh ada makhluk berdiri di kegelapan malam, semakin dekat semakin tajam bau minyak wangi (minyak nyong-nyong kali ya), W A R I A!. Kaget setengah mati, kan nggak lucu kalau masuk berita karena di perkosa waria (naudzubillah). Waria adalah sebuah kata yang merupakan gabungan dari kata wanita pria, istilah kerennya transgender. Dahulu saya pernah posting mencopast dari majalah Tabloid Suara Islam EDISI 42, Tanggal 18 April - 1 Mei 2008 M/11 - 24 Rabiul Akhir 1429 H, kalau lupa boleh dibuka lagi di sini.

Menurutku salah satu kehebatan waria adalah jeng jeng jeng, mereka tidak bisa berkembang biak tapi bertambah banyak kok bisa? Buktinya di jalan ada waria, di warung makan ada waria, di salon ada waria, dan trendnya sekarang di tv ada waria atau orang yang berkelakuan seperti waria (tidak menyebut nama ya). Menurut Forum Komunikasi Waria Indonesia, saat diadakan Miss Waria di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun 2006, terdata sebanyak 7.878.000 waria. Jumlah ini bisa berkembang sampai 200% karena banyak diantara mereka yang tidak terbuka dan tidak memiliki identitas resmi seperti kartu tanda penduduk (KTP) (http://www.perspektifbaru.com/wawancara/667). Masya Alloh, coba bayangkan jika tiap tahun terdapat pertumbuhan 10% saja per tahun, maka akan ada sekitar 787.800 orang waria penambahan per tahun atau sekitar 65.650 waria per bulan atau 2.188 penambahan waria per hari. Fantastis sekali kengeriannya, saya menghargai para waria sebagai manusia tapi tidak dengan pilihan mereka menjadi waria, apalagi dengan menyandarkan pada dalil ini “adalah sebuah takdir”.

Kemudian apa sih yang bisa kita lakukan ntuk membendung hal tersebut? Secara sederhananya menurut saya, yang bisa dilakukan adalah kita jangan mendukung untuk memproduksi waria. Maksudnya? Dengan tidak menonton acara tv yang ada unsur warianya, contohnya lawakan yang ada waria atau bergaya seperti waria. Ini salah satu hal sederhana yang saya lakukan, memang dulu saya terhibur melihat lawakan seperti itu, namun saya menyadari dengan menonton berarti saya ikut mendukung. Analoginya, ketika kita mendukung timnas kita bertanding, maka salah satu bentuk dukungan kita adalah menontonnya baik secara langsung di stadion, di tv atau mendengarkan lewat radio. Jangan-jangan kita punya andil juga dalam mendorong pembengkakan jumlah waria tersebut. Kenapa kita harus benci kalau kita melihat tayangan seperti itu bukan dengan tujuan mendukung? Pertanyaan bagus (aneh nanya sendiri jawab sendiri), ini dikarenakan perilaku bencong atau bencis, diharamkan Islam. Rasulullah memperingatkan: "Allah SWT melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.".

Nah kalau umat agama lain nggak apa-apa dunk? Sejauh pengetahuan saya, tidak ada agama manapun yang mengijinkan perilaku seperti itu, salah satu contohnya Jangankan Islam, Yahudi dan Nasrani saja melarang. Misalnya, dalam Kitab Imamat (Leviticus) 20:13 disebutkan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” .

Coba bayangkan, kalau tukang salon jadi waria, tukang jahit jadi waria, pelawak jadi waria, mahasiswa jadi waria, waria jadi apa? Jadi banyak dunk. Dan ketika populasi waria meledak, apa yang akan terjadi pada kita, keluarga kita dan bangsa kita? sebuah ujian, peringatan atau sebuah siksaan yang akan datang?

Naudzubillah.

Komentar

Postingan Populer